Pembelajaran Bahasa sebagai Ilmu Fonologi, Morfologi, Kosakata (leksikal), dan Sintaksis

Pembelajaran Bahasa sebagai Ilmu Fonologi, Morfologi, Kosakata (leksikal), dan Sintaksis
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada hakikatnya bahasa adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Secara sengaja atau tidak, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupannya.Tanpa bahasa, kehidupan manusia akan menjadi lumpuh total, karena bahasa diperlukan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan antara seseorang dengan yang lainnya.Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang harus mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Dan untuk memiliki keterampilan berbahasa dengan baik dan benar, tentunya membutuhkan sebuah proses. Proses yang dimaksud adalah proses mempelajari bahasa itu sendiri.
Pembelajaran bahasa sebagai ilmu, dikaji secara lengkap dan terperinci dalam kajian ilmu linguistik.Linginguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa secara umum.Objek kajian yang dibahasa dalam linguistik dibagi menjadi beberapa cabang ilmu yang saling berkaitan dengan bidang kebahasaan secara umum.Di antara ilmu yang menjadi bidang kajian linguistik adalah fonologi, morfologi, kosakata (leksikal), sintaksis dan pragmatis.Linguistik juga merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh mahasiswa, guru, dosen, dan para praktisi bahasa pada umumnya, karena linguistik dapat menguraikan berbagai masalah yang berkaitan dengan bahasa.Baik mengenai fungsi bahasa, sistem bunyi bahasa, struktur bahasa dan sebagainya.

Makalah dengan judul“Pembelajaran Bahasa Sebagai Ilmu Fonologi, Morfologi, Kosakata (Leksikal), dan Sintaksis” ini membahas seputar masalah yang sesuai dengan judul tersebut. Makalah ini disusun berdasarkan beberapa referensi dari pendapat-pendapat para pakar bahasa seperti Abdul Chaer, Putrayasa, Hasan Alwi, Siswanto, Leonard Bloomfield, Verhaar dan para pakar bahasa lainnya. Dari pembahasan yang diuraikan dalam makalah ini, diharapkan menambah pemahaman kita tentang bagaimanakah pembelajaran bahasa  sebagai ilmu fonologi, morfologi, kosakata (leksika) dan sintaksis.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari, materi yang terdapat dalam pembahasan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan.Kekurangan tersebut baik dari segi materi pembahasan, sistematika penulisan dan sebagainya.Hal ini disebabkan keterbatasan referensi yang kami miliki sebagai penyusun, dan atas kekurangan tersebut, kami harapkan saran dari para pembaca, demi perbaikan penyusunan makalah berikutnya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pembelajaran bahasa Indonesia sebagai ilmu fonologi, morfologi, leksikal (kosa kata), dan sintaksis?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini, agar para pembaca memahami: 1)  Pembelajaranbahasa Indonesia sebagai ilmu fonologi atau bunyi-bunyi bahasa secara umum. Baik bunyi bahsa yang tidak membedakan arti, yang dibahas secara rinci dalam kajian fonetik, maupun bunyi-bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti yang dibahas secara rinci dalam kajian fonemik; 2) Pembelajaran bahasa sebagai ilmu morfologi sebagai cabang linguistik yang mengkaji tentang morfem dan kombinasinya. Atau secara lebih jelas mengurai tentang morfologi sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna dan kelas kata; 3) Pembelajaran bahasa sebagai ilmu kosakata (leksikal), dengan maksud mengetahui jenis-jenis kosakata dan sumber-sumber kosakata dalam bahasa Indonesia; 4) Pembelajaran bahasa sebagai ilmu sintaksis sebagai cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya atau ilmu tata kalimat, kemudian mempelajari satuan-satuan serta struktur sintaksis.

PEMBAHASAN
A. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungan di mana ia hidup (Iskandarwassid, 2002).dalam hal ini, proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, terencana, gradual, bergilir, berkesinambungan, dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses belajar. Gulo dalam Iskandarwassid (2002) menjelaskan makna belajar sebagai seperangkat kegiatan mental intelektual, yang hakikatnya sebagai usaha mengubah tingkah laku, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap maupun berbuat.
B. Bahasa
Dalam KBBI (2007: 88) bahasa didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang abitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.Kemudian Wibowo (2001: 3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bahasa adalah simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (yang dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat abitrer dan konvensional yang berfungsi sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.Seiring dengan pernyataan-pernyataaan di atas, Gorys Keraf dalam Chaer (1997) mendefinisikan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang berasal dari alat ucap manusia.

C. Bahasa sebagai ilmu
Pembahasan bahasa sebagai ilmu tidak bisa dipisahkan dari induk dari ilmu bahasa yakni ‘Linguistik’.Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti ‘bahasa’.Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.Ketika membahas bahasa sebagai ilmu, maka bahasa itu tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sederhana, melainkan akan dibahas sebagai sebuah keterampilan. Keterampilan yang dimaksud adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Artinya bahasa dikaji dan dipelajarisecara mendalam dan terperinci.Baik itu mengenai hakikat bahasa, struktur, fungsi, ciri, unsur, dan sebagainya.

D. Fonologi
Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah fonologi ini dibentuk dari kata fon yang bermakna bunyi dan logi  yang berarti ilmu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologiadalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasamenurut fungsinya.Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa fonologi  merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai fungsinya, untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa. Jadi bunyi bahasa yang dimaksud oleh Verhaar di sini adalah bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi membedakan makna kata.Dari pernyataan-pernyaataan tersebut, dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.Baik itu bunyi bahasa yang bersifat membedkan makna, maupun bunyi bahasa yang tidak berfungsi membedakan makna. Objek kajiannya adalah fonatau bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Ilmu-Ilmu yang tercakup dalam fonologi dalam tataran ilmu bahasa, dibagi menjadi dua jenis, yakni fonetikdanfonemik.

1. Fonetik
Beberapa pengertian tentang fonetik menurut para pakar linguistik, antar lain senagai berikut:
a. Fonetik atau ilmu bunyi menyelidiki bunyi-bunyi sebagaimana terdapat dalam periode atau sedapat mungkin terdapat di dalamnya (Verhaar, 1982: 8).
b. Fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar (Samsuri, 1991:91).
c. Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi ujaran yangdipakai didalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebt dengan alat ucap manusia (Keraf, 1978: 30).
d. Fonetik itu adalah ilmu yang berusaha menyelidiki bunyi-bunyi ujaran sesuatu bahasa atau bahasa-bahasa (Sulaiman, 1973:35).
Selaras dengan pernyataan-pernyataan di atas, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:319), fonetik didefinisikan sebagai bidang linguistik tentang pengucapan (penghasil) bunyi ujar.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.Selain itu, fonetik juga dapat diartikan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa, tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebur sebagai pembeda makna atau tidak.
Fonetikjuga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi bunyi itu diselidiki frekuensigetaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
Sebagai ilmu bahasa, fonetik berusaha menemukan kebenaran-kebenaran umum dan memformulasikan hukum-hukum tentang bunyi-bunyi itu dan pengucapannya sebagai kemahiran fonetik. Orang yang sudah terlatih dalam ilmu bunyi, mempunyai pengetahuan dan kemahiran menganalisis dan menghasilkan tiap bunyi bahasa, karena ia telah tahu tentang struktur dan fungsi alat-alat ujar.  Fonetik juga dapat menguraikan dengan sangat tepat dan sesederhana mungkin pembentukan bunyi-bunyi bahasa dan menggunakan alat ucapnya sesuai dengan uraian yang telah diformulasikan.
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut,fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:319) diartikan: (1) ilmu bahasa (linguistik) tentang sistem fonem; (2) sistem fonem suatu bahasa; (3) proseduruntuk menentukan fonem suatu bahasa. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapatdihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan makna.

Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.Misalnya bunyi [b], [u], [k]dan [u]; dan [s], [u], [k] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya padabunyi yang pertama, yaitu bunyi [b] dan bunyi [s].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem [b] dan fonem [s].

E. Morfologi
Secara etimologi, kata morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitumorphe yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:755) morfologi didefinisikan sebagai cabang linguistik yang mengkaji tentang morfem dan kombinasinya.Dalam kaitannya dengan ilmu bahasa, yang dipelajari oleh morfologi ialah bentuk kata, perubahan bentuk kata dan makna semantis yang muncul setelah perubahan kelas kata yang disebabkan setelah perubahan bentuk kata itu. Dengan kata lain, secara struktural objek kajian dalam morfologi adalah morfem pada tingkatan terendah dan kalimat pada tingkaan tertinggi.Itu sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna dan kelas kata.

1. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara lelatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yanglebih kecil (KBBI:2007: 755).Seiring dengan itu, (Bloomfield, 1974:6) mendefinisikanmorfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya.Sedangkan (Hoockett dalam sutawijaya, dkk), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan morfemadalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa.Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur-unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong dalam satuan gramatik yang paling kecil.

2. Kata
Istilah kata sering kita dengar dan kita gunakan.Kata kata ini malah setiap hari dan setiap saat selalu kita gunakan dalam segala kesempatan dan untuk segala keperluan. Para linguis yang setiap hari bergelut dengan kata  ini, hingga saat ini tidak pernah mempunyai kesaman pendapat mengenai konsep apa yang dimaksud dengan kata itu.Para tata bahasawan tradisional memberikan pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi.Menurut mereka, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan memiliki satu arti.

Para tata bahasawan struktural, terutama penganut aliran Bloomfield mendefinisikan kata sebagai satuan bebas terkecil (a minimal free from) tidak pernah dikomentari dan dibahas secara lebih mendalam, seolah-olah pengertian itu sudah bersifat final. Mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem dan kalimat. Berbeda dengan tata bahasa tradisional yang melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, kata, dan kalimat. Malah tata bahasa Generatif Transformasi, yang dicetus dan dikembngkan oleh Chomsky, meskipun mengatakan kata adalah dasar analisis kalimat, hanya menyajikan kata itu dengan simbol-simbol V (verba), N (nomina), A (ajektifa), P (pronomina), dan sebagainya.

Batasan kata yang umum kita jumpai dalam berbagai buku linguistik adalah bahwa kata mempunyai susunan morfologis yang relatif stabil dan tidak berubah.Batasan tersebut menyiratkan dua hal.Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya, kata meja, urutan fonemnya adalah /m/, /e/, /j/, dan /a/.urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /j/, /e/, /m/, dan /a/. atau diselipi fonem lain, misalnya, menjadi /m/, /e/, /r/, /j/, dan /a/. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain; atau juga dapat dipisahkan dari kata lain.

F. Kosakata (leksikal)
Kosakata adalah keseluruhan kata berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada di dalamnya (Dahidi, 2004:97).Bloomflied dalam Sutikno (1995) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kosakata adalah suatu ejaan kata yang merupakan susunan berbahasa yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, kosakata disebut vocabulary, kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata yang memiliki kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru.

Dalam linguistik, walaupun tidak semua morfem yang ada dalam suatu bahasa merupakan kata, namun sebagian besar morfem tersebut sebagai kosakata.Dari berbagai pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, termasuk kosakata bahasa tersebut. Dengan demikian,  semua bentuk kata seperti kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, kata majemuk dalam bahasa Indonesia, termasuk kosakata bahasa Indonesia.
Ditinjau dari intensitas penggunaannya, kosakata di bagi menjadi dua, yaitu kosakata aktif dan kosakata pasif.

1. Kosakata aktif dan pasif
Kosakata atau leksikon aktif adalah kosakata yang biasa atau sering dipakai seseorang dalam berbicara dan menulis, sedangkan kosakata pasif atau leksikon pasif adalah kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, tetapi jarang digunakan atau tidak pernah lagi digunakan.Hal ini berarti, bahwa kosakata pasif berhubungan dengan kosakata yang sudah asing dan tidak lazim digunakan oleh masyarakat pemakai bahasa.Kosakata ini menjadi usang disebabkan terjadinya perubahan sosial masyarakat pemakai bahasa.Selain itu, hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga banyak kosakata baru muncul untuk menunjang ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia modern.

2. Sumber-sumber kosakata dalam bahasa Indonesia
Setiap bahasa didunia ini, pembentukkan kosakatanya tidak ada yang benar-benar mandiri tanpa sumber dari bahasa lain. Bahasa-bahasa tersebut pastilah dipengaruhi dan dilengkapi oleh bahasa-bahasa lainnya, begitu pula dengan kosakata dalam bahaa Indonesia.Munculnya kosakata baru dalam bahasa Indonesia berasal dari dua sumber, yaitu yang disebut sebagai sumber dalam dan sumber luar. Yang dimaksud dengan sumber dalam adalah swadaya dari bahasa Indonesia itu sendiri. Swadaya bahasa Indonesia adalah dari pengaktifan kembali kata-kata lama dengan pembentukan baru.

Pengaktifan kosa kata lama dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah  dilakukan dengan tetap mempertahankan makna awal, seperti kata bahari yang berarti laut, atau kata pakar yang berarti ahli. Selain itu juga, ada juga pengaktifan kosakata lama dengan memberikan makna baru, seperti kata sunting yang awalnya bermakna hiasan sanggul, sekarang diberi makna edit (menyunting berarti mengedit).Kemudian yang ke dua ialah yang bersumber dari bahasa serumpun.Bahasa serumpun ini seperti bahasa Jawa, Betawi, Minangkabau dan bahasa-bahasa daerah lainnya.Kemudian bahasa asing yang menjadi sumber luar kosakata bahasa Indonesia, seperti bahasa Belanda, Arab, inggris, Sansekerta, Yunani, Cina, Portugis dan sebagainya.Kata-kata yang diambil dari sumber ini disebut kata pungutan atau kata serapan bahasa asing.

Pengambilan kata dari sumberluar, terjadi melalui tiga cara, yaitu adopsi, adaptasi, dan pungutan terjemahan. Adopsi ialah pemungutan kata secara utuh tanpa perubahan atau penyesuaian. Misalnya, kosakata antara, aneka,akhirat, guna, hina, maha, dan seterusnya. Adaptasi adalah pungutan kata yang sesuai dengan ciri dan kaidah bahasa Indonesia.Pemungutan kata dari bahasa daerah, biasanya dilakukan dengan sedikit penyesuaian. Misalnya, dari kata nyolok menjadi menyolok, trap menjadi terap, panutan menjadi auran dan seterusnya.Pemungutan dari bahasa asing juga memerlukan penguasaan dalam pengucapaan dan penyesuaian. Dalam hal ini, diupayakan agar ejaannya  masih dapat dibandingkan dengan bentuk dalam bahasa asalnya.Contoh kata yang dipungut dari bahasa asing seperti social menjadi sosial, simulation menjadi simulasi, organization menjadi organisasi dan sebagainya.

G. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1072), sintaksis didefinsiikan sebagai 1) pengaturan hubungan kata dengan kata lain atau dengan satuan lain yang lebih besar. 2) cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya atau ilmu tata kalimat.

1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur S,P,O, dan K itu merupakan “kotak-kotak kosong” yang tidak mempunyi arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang memiliki kategori dan peran tertentu.Subjek, objek, predikat, dan keterangan adalah istilah yang berkenaan dengan fungsi sintaksis.Sedangkan istilah nomina, verba, ajektiva, adverbial, dan numeralia adalah peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis.Kemudian pelaku, penderita, dan penerima adalah peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis.

2. Satuan Sintaksis
a. Kata
Dalam tataran morfologi kata kata adalah satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem); tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarki menjadi komponen pembentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase. Di di sini kata hanya dibicarakan sebagai satuan sintaksis yang terkecil, yaitu dalam hubungnnya denganunsur-unsur pembentukan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.

Dalam pembicaraan kata sebagai satuan sintaksis, kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berperan sebagai satuan tuturan. Kata yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk dalam kategori nomina, verba, ajektiva, adverbia, dan numeralia.Sedangkan yang dimaksud dengan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat berdiri sendiri.Contoh kata yang termasuk dalam kelas tertutup adalah kata dan, yang, meskipun dan sejenisnya atau yang biasa dikenal sebagai kunjungsi (kata penghubung).


b. Frase
Menurut Chaer (2003:222) bahwa yang dimaksud dengan frase adalah satuan  kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Kemudian  (Putrayasa, 2002) mengemukakan yang dimaksud dengan frase adalah kelompok kata yang menduduki suatu fungsi di dalam kalimat, walaupun tidak semua frase terdiri atas kelompok kata. Farase harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat, jadi,   konstruksiruamah batudan tanah tinggi adalah frase; sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan merupakan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat.

c. Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengndung satu predikat (Cook, 1971:65; Elson dan Picket, 1969:64) dan Kridalaksana (1985:151) mengemukakan, bahwa yang dimaksud dengan  klausa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Chaer (2003:231) berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata  berkonstruksi predikatif. Artinya,  di dalam konstruksi itu terdapat komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi kalusa ini, fungsi subjek, boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.Kalau kita bandingkan konstruksi kamar mandi dan paman mandi, maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi bukanlah sebuah klausa, karena hubungan komponen kamar dan mandi bukanlah bersifat predikatif.Sebaliknya, konstruksi paman mandi adalah sebuah klausa, karena hubungan komponen paman dan komponen mandi bersifat predikatif; paman dalah fungsi subjek dan mandi adalah fungsi predikat.

d. Kalimat
Berbagai definisi tentang kalimat memang telah banyak dibuat para pakar bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai buku tata bahsa yang ada.Di sini dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat diartikan sebagai satuan sintaksis yang disusun dari konstituaen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai dengan itonasi final. Berbagai definisi lain tentang kalimat adalah sebagai berikut: Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara  aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (KBBI:2007:494). Seiring dengan itu, Ramlan (1996:27) mengatakan, bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Dari pengertian-pengertian tentang kalimat tersebut,  dapat disimpulkan, bahwa yang terpenting atau yang menjadi dasar kalimat adalah  konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Konstituen dasar itu berupa klausa, jadi kalau pada sebuah klausa diberi intonasi final, maka akan terbentuklah sebuah kalimat.

PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pembelajaran bahasa sebagai imu bahasa tidak dapat dipisahkan dari induk ilmu bahasa, yaitu Linguistik.Kemudian untuk lebih fokus pada spesifikasi kajiannya, linguistik dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, di antaranya adalah fonologi, morfologi, kosakata (leksikal), dan sintaksis.Keseluruhannya merupakan cabang ilmu bahasa yang membentuk sebuah kesatuan dari ilmu tentang bahasa yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,mempelajari bahasa berarti mempelajari cabang-cabang dari ilmu bahasa tersebut.
Dengan mempelajari fonologi contohnya, sebagai ilmu tentang bunyi, morfologi sangat penting dipelajari, khusunya bagi para penggiat bahasa. Mengapa demikian, karena  bunyi sangat menentukan makna dari dari kata yang diucapkan. Begitu juga dengan morfologi, kosakata, maupun sintaksis, semuanya tidak dapat diabaikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kesalahan penggunaan dari salah satunya akan meyebabkan kesalahan pada makna bahasa yang ingin disampaikan. Jadi pada tataran ini, bahasa tidak lagi dipandang hanya sebagai alat konunikasi untuk menyampaikan pesan, melainkan bahasa sebagai sebuah keterampilan yang didapatkan dari sebuah proses belajar (pembelajaran).


Comments

Popular posts from this blog

PENDEKATAN EKSPRESIF (ANALISIS PUISI "HANYA SATU" KARYA AMIR HAMZAH)

SEJARAH MUNCULNYA FILSAFAT

TEORI DEKONSTRUKSI (JACQUES DERRIDA)